Sumber: majalah wanita.
Rumah Tanpa Ayah
Rumah tanpa ayah, rasanya tidak pernah terbayang
sebelumnya. Dulu Airin pernah membaca cerpen berjudul ”Rumah Tanpa Jendela”.
Rumah kecil yang semua penghuni rumahnya memimpikan jendela dan membayangkan ada
sinar matahari yang masuk melalui jendela itu. Hal itu adalah kemewahan bagi
penduduk kota besar yang tinggal di daerah kumuh yang rumahnya
berdempet-dempetan, sehingga jendela merupakan hal yang istimewa, tapi meskipun
tanpa jendela, mereka masih senang karena masih ada ibu atau ayah yang bisa
dijumpainya setiap hari.
Rumah tanpa ibu juga sangat mengerikan, terlebih bila
sang ibu sangat dekat dengan anak-anaknya. Kebahagiaan anggota keluarga adalah
bila saat pulang ke rumah, ibu menyambut dengan baju daster wangi sederhana. Di
meja makan sudah tersedia aneka makanan masakan ibu yang sederhana namun
spesial, rasanya ingin dan ingin menambah lagi. Kalau ibu tiba-tiba harus pergi
dari rumah dan tidak kembali lagi, separuh rumah rasanya runtuh, jatuh luruh ke
jalan.
“Rumah tanpa ayah sangat oke bila ayahku galak”. Kalimat
itu di dengar Airin dari sahabatnya, Bayu, yang memiliki ayah seorang jendral
dan selalu disiplin dalam berbagai hal. “Aku pernah lho, disabet pakai keyboard komputer oleh ayah karena aku
masih main internet saat maghrib sudah lewat tiga puluh menit. Padahalkan
tinggal di-shutdown saja. Ayah marah
setengah mati. Bukan sakitnya yang kuingat , tapi mata ayah yang merah serta
ganas. Rasanya kalau aku ingat galaknya ayah, boleh-boleh saja kok, rumah ini
tidak punya ayah lagi,” kata bayu kepada Airin suatu ketika.
Namun rumah tanpa ayah merupakan sesuatu hal yang
mengejutkan bagi siapa saja yang mengalami. Bagaimana pun ayah adalah tokoh
sentral dalam keluarga. Ayah adalah nahkoda, ayah adalah yang di ikuti, ayah
adalah sosok yang didengarkan. Namanya saja kepala keluarga, kepala bagi semua
anggota keluarga.
Tanpa ayah, rumah seperti ikan tanpa kepala, tidak manis
dan tidak utuh, tidak bisa disebut ikan, walau bau amisnya menyengat dan semua
orang mengatakan itu adalah ikan. Rumah tanpa ayah menumbangkan stabilitas.
Rumah tanpa ayah merupakan hal yang membuat keluarga menjadi kurang seimbang.
Airin baru menyadari itu ketika ayahnya dipanggil Allah
swt. Betapa sepinya rumah karena tidak ada lagi kesibukan ibu yang selalu menyiapkan
kebutuhan ayah. Tidak ada orang besar yang menyuruh ini dan itu dengan suaranya
yang besar. Tidak ada yang mengimami shalat.
Rumah tanpa ayah membuat Airin berpikir keras bahwa
ternyata ayah adalah segalanya. Hal yang tidak disadarinya ketika ayah masih
ada.
Ingat ya teman kita harus bersyukur karna masih punya orangtua yang utuh, yang masih sayang sama kita.. :) :D
0 komentar:
Posting Komentar